Kamis, Januari 29, 2009

SILAHKAN MEMBENCI YANG BERIKUT INI




Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat dan mulut penuh tipu muslihat Amsal 8:13)

Kata benci berarti merasa sangat tidak suka kepada sesuatu, seseorang atau keadaan. Kebencian itu bukanlah sama sekali tidak perlu di dalam hidup kita, namun arah/sasarannya harus benar. Sebagai seorang anak Tuhan, sasaran kebencian kita bukanlah kepada manusia di sekitar kita, atau keadaan melainkan kepada tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kebenaran firman Allah.

Pemikiran semacam ini tertuang dalam Amsal 8:13 yang menerangkan mengenai pengertian atau definisi yang benar dari hal takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan mengharuskan seorang anak Tuhan untuk mengarahkan kebenciannya pada sasaran yang tepat. Sasarannya adalah membenci (merasa tidak suka) atau menolak kejahatan.

Berikut ini adalah beberapa kategori kejahatan yang perlu kita benci: bencilah kesombongan dan kecongkakan. Tes untuk mengetahui hal ini mudah sekali. Jika kita menaruh penghargaan yang berlebihan terhadap diri sendiri dan cenderung merendahkan orang lain, kita terbukti masih sombong dan congkak. Kita benci kesombongan dan kecongkakan bila kita melihat diri kita sebagai mana mestinya dan menghargai orang lain.

Selain itu, berkompromi dengan kesalahan dan bertindak secara tidak adil kepada hak-hak orang lain harus kita benci. Karena hal ini merupakan tingkah laku yang mengarah kepada kejahatan. Ketika menjaga diri dalam takut akan Tuhan, kita juga perlu menjaga kemurnian perkataan/ucapan kita. Inilah cara kita membenci mulut penuh tipu muslihat.

“Membenci perkara-perkara kejahatan adalah pengertian yang tepat dari hal takut akan Tuhan”

Rabu, Januari 28, 2009

SEGERA AMBIL KESEMPATAN TERBAIK ITU

Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita
(Lukas 19:6)

Hidup ini penuh dengan kesempatan yang tak terhitung banyaknya. Cobalah renungkan kembali perjalanan hidup Saudara, telah banyak kesempatan yang datang dalam hidup kita. Cara kita menanggapi setiap kesempatan yang datang dalam hidup kita merupakan faktor penentu keberhasilan hidup kita.

Jika kita tidak pernah menanggapi kesempatan itu dengan baik, maka kesempatan itu dapat saja terbang melayang dan kita menerika kerugian besar dalam hidup kita. Hari ini, kita perlu mengikuti jejak dari Zakheus, seorang yang berpostur kecil namun tidak mau kehilangan kesempatan emas untuk bertemu langsung dengan Yesus.
Sekalipun ada tantangan yang muncul dari keberadaan postur tubuhnya yang pendek, tetapi Zakheus tidaklah putus asa. Ia tetap berupaya untuk dapat bertemu langsung dengan Tuhan. Entahkan kita seperti Zakheus, yang pada hari ini sedang dikuasai oleh ketakutan, kepahitan, tidak mau mengampuni, atau emosi-emosi negatif lainnya? Akankah anda membiarkan hal-hal tersebut menyebabkan anda kehilangan kesempatan untuk melihat dan mengalami Allah yang hidup dan sejati?

Ikutilah teladan Zakheus. Begitu mendengar, perkataan Tuhan Yesus dalam ayat 5 yang berseru... “Zakheus, segelah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu,” Iapun segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Keselamatan, pembaharuan dan pemulihan terjadi atas kehidupannya. Semua itu terjadi karena pilihannya untuk menangkap kesempatan yang dihadirkan dalam hidupnya.

Kiranya sepanjang hari ini kita akan tekun dalam segala usaha dan kerja keras kita untuk bertemu dengan Yesus. Ketika bertemu DIA, dengarlah suara-Nya yang merdu yang akan memimpin kita kepada kemenangan hidup yang lebih besar lagi. Bila kita melakukannya, maka upah mulia akan menjadi milik kita.

“Bersegeralah mengambil kesempatan terbaik yang Yesus telah sediakan bagi kita.”

Senin, Januari 12, 2009

TERUS BERKARYA

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan (Roma 12;11)


Paling susah memang mengurus orang yang sudah putus asa dan malas untuk melakukan apapun bagi Tuhan. Nasehat apa saja yang diberikan kepadanya selalu akan dibalas dengan berbagai macam dalih. Tujuannya adalah menutupi kemalasan di dalam hatinya. Pikirannya sibuk dengan berbagai dalih sehingga ia hanya terikat di tempat itu tanpa melakukan apa-apa.

Dalam pimpinan Roh Kudus, suatu sore saya untuk memanggil salah seorang mahasiswa skripsi di kampus sekolah Theologia di mana saya menjadi dosen. Melihat raut wajahnya dan sorot matanya, jelas terbersit putus asa dan kemalasan untuk hidup. Dalam konseling itulah semakin pasti saya menemukan bahwa mahasiswa ini sedang berada dalam titik jenuh dan tidak ada semangat hidup. Malas, bosan, kecewa....kata-kata itu yang sering keluar dari mulutnya.
Dalam keadaan semacam itu, saya sangat bergumul bagaimana caranya menolong dia. Puji Tuhan, sementara berbicara, saya menemukan penyebab utamanya adalah karena merasa terus gagal dan gagal dalam hidupnya. Setelah mendengar kisahnya, saya mulai memberikan kebenaran Firman Allah ini dan mengarahkannya untuk bangkit dari kemalasannya.

Jika Saudara adalah orang yang bergumul dengan kemalasan untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan, hari ini Saudara bertemu dengan pesan yang cukup keras. Stop kemalasannya itu. Kerahkan kembali kekuatan Saudara dan mulai lagi bangkit untuk Tuhan. Jangan biarkan kerajinanmu kendor. Ijinkan Roh Kudus membaharui rohmu dan layanilah Tuhan.

Teruslah berkarya, jangan berhenti. Air yang tak bergerak lebih cepat busuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih gampang berkarat. Hanya perkakas yang tak digunakanlah yang disimpan dalam laci berdebu. Alam telah mengajarkan bahwa kita tidak akan pernah berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari. Karena itu jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.

“Teruslah berkarya...karena dalam Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Anda dimana ya?

Free Profile Map from ModMyProfile.com