Minggu, September 28, 2008

BUAH KESABARAN



Sebab kamu memerlukan ketekunan,supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah,
kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.(Ibrani 10:36)

Catatan sejarah dunia telah mencantumkan sejumlah besar nama penting yang menoreh keberhasilan karena bersedia tekun/sabar. Sebut saja Beethoven. Setiap karya musikalnya harus ditulis sekurang-kurangnya dua belas kali. Josef Haydn membuat lebih dari delapan ratus komposisi musik sebelum menghasilkan The Creation yang menjadikan sangat terkenal.

Jauh sebelum buah dari kesabaran atau ketekunan ini dialami oleh para tokoh dunia ini, firman Tuhan sudah memberikan petunjuk. Seyogianya seseorang memerlukan ketekunan. Jika kita bertekun dan setia dalam melaksanakan hal apapun yang Tuhan percayakan bagi kita, hasil akan kita peroleh.

Penulis Ibrani menyadari bahwa hal putus asa dan kecewa sedang menghantui perjalanan rohani para penerimanya. Sama halnya dengan kita dewasa ini. Bila sedang putus asa atau kecewa dengan keadaan hidup kita dalam mengikut Tuhan, bacalah kembali ayat ini sekuat-kuatnya. Kita memang perlu lebih tekun lagi dan sabar.

Tujuannya agar kita dapat bertahan dan akan memperoleh hasil yang Tuhan janjikan kepada kita. Ingatlah bahwa selama kita masih hidup, perjalanan dan tanggung jawab kita belum usai. Majulah terus di dalam kekuatan kuasa Tuhan. Pada akhirnya kita akan menerima upah bila bertemu dengan kekasih jiwa kita, Yesus Kristus.

“Anda tidak akan menikmati buah kesabaran bila tidak memanfaatnya!!”

Jumat, September 19, 2008

Terapi untuk Tukang Kritik

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Matius 7:3)

Yesus Tuhan dan juruselamat kita sangat adil dalam memberikan hukum-hukum rohani untuk hidup bersama. Lihat saja pernyataan Matius 7:3 di atas. Di dalamnya tertera suatu pesan penting yaitu apapun yang tidak kita sukai dari orang lain, itu juga yang harus kita koreksi dari diri kita sendiri. Jika tidak, maka kita sudah bersikap tidak adil.

Siang itu, seorang wanita yang sering mengeluarkan kata-kata sindiran kepada orang lain kena ‘batunya’. Seorang rekan kerjanya dengan keras melontarkan kata-kata terguran atas suatu kesalahan yang telah dibuatnya. Karena posisinya lebih rendah, iapun diam saja. Ketika kembali ke ruangnya, iapun terdiam.

Dalam kekesalan hatinya, terdengar bisikan suara hati, “diamlah dan pikirkan dirimu.” Karena binggung dengan maksud suara itu, ia berusaha tenangkan pikirannya dan mulai bekerja. Sisa waktu kerjanya dipakai untuk diam dan pikirkan dirinya. Luar biasa hasilnya, kejadian itu menjadi kesempatan untuk koreksi diri.
Kesadaranpun muncul. Ia tidak akan menjadi seorang tukang kritik karena apa yang dialaminya sangat menyakitkan.

Benarlah perkataan Tuhan, jika kita ingin menjadi seorang yang ingin menjadi pengkritik, tolong periksa dulu, apakah kita telah benar dalam hal yang hendak kita kritik dari orang lain. Ini terapi yang paling ampuh untuk tukang kritik.

“Sebelum mengkritik, tolong periksa dulu dirimu dan pastikan Anda tidaklah demikian.!!”

Rabu, September 17, 2008

BERCERMIN PADA ALLAH YANG SEMPURNA

“... haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)


Di Jawa Timur terdapat sebuah tempat hiburan dan tempat belajar yang bernama JATIM PARK. Salah satu bagian yang ramai dikunjungi para pengunjung, khususnya pengunjung wanita adalah ‘cermin-cermin ajaib.’ Dikatakan ‘ajaib’ karena cermin-cermin itu bisa membuat orang yang gemuk, terlihat langsing atau yang kurus terlihat gemuk. Terserah kepada para pengunjung untuk memilih cermin mana yang mereka sukai.
Gambar bentuk tubuh yang terlihat pada cermin-cermin itu bukanlah gambar yang sesungguhnya. Bukan pula karena cermin-cermin itu memang ajaib. Yang sebenarnya terjadi ialah cermin-cermin itu dirancang dengan maksud memanipulasi keadaan yang sesungguhnya. Dengan demikian, bentuk tubuh yang dikehendaki sangat bergantung pada kaca cermin penilai itu.

Kondisi yang terpancar dari cermin-cermin yang sepertinya ajaib itu mengingatkan saya kepada dasar pertimbangan bagi penilaian diri kita. Kalau dalam hidup kita hanya semata-mata bercermin pada penilaian orang lain, maka kita akan kewalahan dan frustasi. Bagaimanapun, penilaian manusia itu relatif. Penilaian orang berbeda-beda terhadap kita. Sering kali penilaian itu bersifat ‘manupulatif’ atau menipu.
Puji Tuhan, karena pada hari ini, Tuhan memberikan dasar untuk bercermin yang sebenarnya. Kita semua harus bercermin pada Allah kita yang sempurna. Allah yang kita percayai di dalam Yesus, tidak pernah salah dan apapun yang DIA katakan tentang kita merupakan perkataan yang sesungguhnya. Yesus tidak pernah berbohong tentang keadaan kita. DIA Allah kita yang sempurna.

Itulah sebabnya ketika kita bercermin kepada Allah yang mahasempurna maka kita juga akan melihat diri kita yang sebenarnya. Kita akan tampil sebagai orang-orang yang originil dan bukannya hidup di dalam dunia ‘angan-angan’ saja. Kita akan terus menerus berupaya untuk berlaku seperti Allah kita yang sempurna itu. Oleh firman-Nya yang mahakuasa, kita akan diubahkan dari sehari demi sehari, hingga menjadi sama seperti DIA yang adalah sempurna.


“Orang yang bercermin dari BAPA sorgawi yang sempurna,
akan terus mengejar kesempurnaan dalam hidupnya. ”

Selasa, September 09, 2008

QUA VADIS: KEMANA KAMU MAU PERGI?

Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa (Ibrani 12:3)

Mengikut Yesus dan melayani-Nya tidaklah mudah. Penyangkalan diri dan ketaatan menjadi tuntutan mutlak. Tantangan karena nama Tuhan menjadi bagian di dalamnya. Yesus telah bersabda, setiap orang yang hendak mengikut –Nya memang harus memikul salib. Kebenaran ini terbukti dalam kehidupan para rasul yang bergiat dalam pemberitaan Injil Yesus Kristus. Seperti rasul Petrus, sang pemimpin gereja mula-mula. Ketika melaksanakan perintah Tuhan untuk mewartakan Injil ke Roma, rasul Petrus pernah mengalami masa-masa tersulit dalam pengiringan dan pelayanannya kepada Tuhan Yesus. Tekanan dalam pelayanannya sangat berat. Ia bersiap-siap untuk meninggalkan kota Roma.

Segera Petrus mempersiapkan semua perbekalannya dan meninggalkan kota Roma. Sementara berjalan itulah dia bertemu dengan seorang berjubah putih yang berjalan berlawan arah. Orang itu bertanya kepada Petrus, “QUA VADIS?” (bhs LATIN: Kemana kamu mau pergi?). Jawab Petrus, “meninggalkan Roma.” Orang itu menjawab, “Saya tetap akan ke Roma, apapun yang terjadi.” Petrus menyadari ini berasal dari Tuhan. Kenyataannya memang Yesuslah yang berjumpa dengannya. Pertanyaan Yesus ini berhasil menyadarkan rasul Petrus. Dia Diapun berbalik ke Roma dan menjadi martir bagi Yesus seperti yang telah dinubuatkan sebelumnya.

Mungkin hari ini kita seperti Simon Petrus, murid Yesus yang sedang putus asa dan bergegas untuk meninggalkan panggilan dan pelayanannya. Sebelum bertindak lebih lanjut, cobalah untuk dengar pertanyaan Yesus, “QUA VADIS?” Saran firman Allah, jangan putus asa tapi belajarlah dari Yesus. DIA telah menanggung seluruh tantangan yang berat untuk menyelesaikan tugas-Nya bagi kita. Sudah selayaknya kita juga bertahan hidup bagi DIA dan bukannya menjadi lemah dan putus asa. Ingatlah Tuhan Yesus beserta kita, jangan pernah menyerah, tetap bersemangat dan berjuang hingga akhirnya.

“Bila keputusasaan melanda hidupmu, segera ingat tindakan Yesus: DIA tetap bertahan dan menang. Kita juga haruslah demikian”

Jumat, September 05, 2008

SENJATA YANG MEMATIKAN

Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu. (Amsal 24:10)

Kesesakan dapat terjadi karena berbagai macam alasan. Kesesakan dapat saja terjadi karena kecewa terhadap seseorang atau situasi tertentu. Marah terhadap ketidakmampuan diri sendiri juga mampu menimbulkan kesesakan dalam hati.

Bila kesesakan telah menimpa hati seseorang, bentuk ekspresinya dapat saja terungkap dalam berbagai macam cara. Jika seseorang dapat mengendalikannya, ekpresi itu mungkin saja tidak terlihat oleh orang lain. Namun bagaimanapun menyembunyikan akan terbaca oleh orang di sekitarnya.

Amsal 24:10 memberitahu suatu pertalian yang harus dihindari ketika kesesakan menimpa hidup seseorang. Sebuah pantangan dalam menghadapi kesesakan ialah jangan menjadi ‘kecut hati’ atau berkecil hati. Ini akan menjadi senjata yang mematikan.

Larangan ini bertujuan menjaga daya juang kita. Ketika seseorang berkecil hati, daya juangnyapun berkurang. Bila daya juang berkurang, kemampuan untuk mengatasi kesesakanpun mengecil. Dengan demikian, pastikan hati kita tetap penuh semangat dalam Tuhan sekalipun kesesakan hidup terus melanda.

“Bentengi hati kita dengan semangat juang dalam Tuhan, kesesakan pun dapat diatasi.”

Anda dimana ya?

Free Profile Map from ModMyProfile.com